Aku yang Peka, Tapi Bukan Lemah
Kadang aku merasa terlalu peka. Kritik kecil bisa terasa seperti pukulan, dan satu kata yang tidak sesuai bisa aku pikirkan berhari-hari.
Aku sering lelah dengan pikiranku sendiri. Tapi makin aku lawan, makin dalam aku tenggelam.
Lalu aku sadar… Sensitivitas ini bukan kelemahan. Ia adalah warisan dari masa lalu— bentuk tubuh dan jiwaku yang belajar untuk bertahan.
Aku peka karena aku memperhatikan. Aku merasa karena aku peduli. Dan aku overthinking karena aku ingin diterima.
Tapi mulai hari ini, aku ingin belajar membedakan: Mana kritik yang memang perlu aku pelajari, dan mana suara lama yang hanya ingin membuatku merasa kecil.
Aku tidak akan terus menghakimi diriku karena peka. Aku akan belajar memeluknya dengan lebih lembut, dan perlahan, membuat ruang yang aman di dalam diriku sendiri.