Catatan Hari 5
Hari 5 – Menyelaraskan Diri dengan Visi
Hari ini aku berhadapan dengan pertanyaan yang selama ini sering kuhindari:
Apa sebenarnya visi hidupku?
Jujur, aku belum tahu jawabannya secara utuh. Tapi justru dari kejujuran itu, aku mulai merasakan ada ruang yang terbuka—ruang untuk bertanya lebih jujur, untuk mencari dengan lebih sabar.
Latihan hari ini membawaku pada satu kesadaran: visi bukan sekadar tujuan muluk.
Visi adalah arah yang membuat hidup terasa bermakna—yang membuatku bangun dengan semangat, dan tidur dengan rasa cukup.
Aku mulai menyadari bahwa selama ini, banyak suara luar yang membentuk arah hidupku:
harus begini, harus begitu, harus seperti mereka. Tapi itu semua tidak datang dari diriku yang paling jujur. Dan mungkin, di sinilah aku tersesat: ketika hidup berjalan di jalur yang bukan aku pilih sendiri.
Hari ini aku mulai memutar balik.
Aku ingin belajar menyelaraskan lagi.
Bukan dengan keinginan orang lain, tapi dengan alam bawah sadarku sendiri.
Aku mulai bertanya:
- Apa yang benar-benar membuatku merasa hidup?
- Di mana aku merasa diterima dan berkembang?
- Mengapa arah itu penting bagiku?
- Bagaimana aku bisa mencapainya dengan utuh?
Aku tahu jawabannya tidak akan datang sekaligus. Tapi aku siap berjalan pelan, sambil mendengarkan diri sendiri lebih dalam.
Dan pelan-pelan, semoga aku bisa melihat gambaran itu dengan lebih jernih:
Visi hidupku.
Versi terbaik dari diriku yang belum sempat aku wujudkan.