Entri #3: “Aku dan Bayangan Dulu”
📓 Catatan Aré di Masa Depan
Entri #3: “Aku dan Bayangan Dulu”
Ada satu hal yang selalu ikut pulang bersamaku: diriku yang lama.
Dia masih hidup di dalamku, tapi terasa seperti kenalan lama yang aku tak tahu lagi cara menyapanya.
Aku membaca jurnal-jurnalku sebelum keberangkatan. Penuh ambisi, keingintahuan, dan keyakinan bahwa dunia akan tetap sama setelah aku kembali. Tapi dunia berubah. Dan aku… mungkin lebih dari yang kukira.
Dulu aku percaya bahwa aku tahu siapa diriku. Tapi ketika kau terlempar keluar dari waktu, kau mulai bertanya: “Kalau tak ada satu pun orang yang mengingat versimu yang dulu, masihkah kamu orang itu?”
🪞 Percakapan dengan Cermin
Di kamar kecil penginapan tempat aku tinggal sementara, ada cermin besar. Setiap malam aku berdiri di depannya.
Kadang aku tersenyum—canggung. Kadang aku hanya diam. Karena yang kulihat di sana bukan hanya wajahku. Tapi wajah seseorang yang sedang berusaha mengenal kembali bayangan yang ia tinggalkan bertahun-tahun lalu.
Apa aku masih suka teh hangat seperti dulu? Apa aku masih bisa tertawa seperti waktu kecil? Atau aku hanya berjalan seperti kerangka yang disusun ulang oleh pengalaman yang terlalu cepat untuk dicerna?
📍Refleksi:
Mungkin yang paling sulit dari pulang bukanlah dunia yang berubah. Tapi diri kita sendiri yang tidak tahu cara kembali.
Aku berjalan dengan langkah yang sama, tapi jejakku tak lagi cocok dengan tanah yang pernah aku pijak.
✒️ Penutup entri:
Hari ini aku menulis bukan untuk memastikan aku masih “Aré” yang dulu. Tapi untuk memberi ruang bagi versi diriku yang sekarang — yang hancur, yang asing, tapi tetap memilih hidup.