Velinor

Entri #6: “Hari Ulang Tahun di Tahun yang Salah”

📓 Catatan Aré di Masa Depan

Entri #6: “Hari Ulang Tahun di Tahun yang Salah”

Hari ini seseorang berkata, “Selamat ulang tahun, ya!” Aku tersenyum dan mengucapkan terima kasih, tapi di dalam kepalaku hanya ada satu pikiran: “Tapi bukan hari ini…”

Menurut sistem kalender dunia, ya — hari ini tanggal kelahiranku. Tapi tubuhku belum melewati tahun itu. Di kapal, waktu bergerak lebih lambat.

Berdasarkan perhitungan biologis, usiaku seharusnya 29. Tapi dunia menganggapku 40.

Aku merayakan usia yang belum benar-benar kualami.

🎂 Ulang Tahun yang Sepi

Dulu ulang tahun adalah alasan untuk merasa dicintai. Tapi hari ini, hanya notifikasi otomatis yang mengucapkannya. Beberapa teman lama yang masih hidup mengirim emoji. Tidak ada yang benar-benar tahu cerita di balik umurku yang tertinggal.

Tidak ada yang bertanya: “Apa rasanya menjadi tua hanya di angka, tapi tidak di jiwa?”

⌛ Waktu: Sahabat yang Berkhianat

Aku dulu percaya waktu bisa dipahami, dihitung, dilipat. Dan itu benar — secara fisika. Tapi tak ada teori relativitas yang bisa menjelaskan rasa asing di hari ulang tahunmu sendiri.

Waktu tak pernah benar-benar milik kita. Ia hanya lewat, dan sesekali memberi ilusi bahwa kita punya kendali.

📍Refleksi:

Hari ini aku sadar bahwa ulang tahun bukan soal umur. Tapi soal siapa yang mengingatmu, dan menganggap kehadiranmu layak dirayakan.

Dan ketika tidak ada satu pun yang benar-benar merayakanmu sebagai kamu, maka kamu akan merasa seperti pengunjung yang salah masuk pesta.

✒️ Penutup entri:

Aku meniup lilin kecil sendiri malam ini. Tidak ada kue, tidak ada nyanyian. Tapi aku masih hidup. Masih merasa. Dan itu cukup.

Karena yang paling penting bukan hari ulang tahunnya, tapi bahwa aku masih punya alasan untuk terus menulis.