🍃 Ingatan yang Dibiarkan Tidak Lengkap
🍃 Ingatan yang Dibiarkan Tidak Lengkap
Aku tidak tahu siapa yang pertama kali memanggilku “Ee.”
Aku tidak tahu di usia berapa, atau dalam momen seperti apa panggilan itu melekat.
Saat aku masih sangat kecil, dunia terasa seperti suara-suara yang belum kumengerti.
Aku hanya merasakan nada… bukan arti.
Belakangan aku tahu, mungkin nama panggilan itu datang dari seseorang yang pernah ikut mengasuhku.
Seseorang yang tidak kuingat wajahnya.
Karena memang, aku belum cukup mengerti untuk mengingat apa pun secara sadar waktu itu.
Tumbuh dengan trauma membuat banyak hal terasa jauh, meskipun mungkin pernah dekat.
Dan untuk waktu yang lama, aku merasa harus mengingat semuanya
—seolah dengan mengingat, aku bisa menjelaskan diriku.
Seolah tanpa memori yang lengkap, aku tidak utuh.
Tapi hari ini, aku memilih berhenti mengejar kepastian.
Aku membiarkan sebagian tetap kabur.
Aku tidak akan memaksakan lampu ke sudut-sudut gelap yang belum siap.
Karena ingatan yang hilang tidak selalu perlu dicari.
Kadang cukup diberi tempat, agar tidak merasa dibuang.
Aku mungkin tidak tahu siapa yang pertama kali memanggilku “Ee.”
Tapi aku tahu bahwa panggilan itu tinggal di tubuhku.
Dan hari ini, aku memberinya tempat pulang—meski tanpa cerita yang lengkap.
Karena mungkin, aku tidak butuh cerita yang utuh untuk bisa mencintai diriku yang utuh.