Velinor

Ketika Dunia Berlari, Aku Tidak Terburu-Buru

"Aku tidak tertinggal. Aku hanya memilih untuk hadir dengan sepenuhnya."

Di antara banyak hal yang bergerak cepat—platform baru, istilah-istilah asing, dan alat-alat yang tampak penting—aku kadang merasa canggung. Seolah dunia sudah terlalu jauh berlari, sementara aku masih berdiri di pinggir, mencoba memahami arah.

Ada hari-hari ketika aku membaca tentang Vercel, Obsidian, digital garden, atau ruang-ruang refleksi seperti Notion dan Notesnook… dan muncul pertanyaan dalam diriku:
“Apakah aku harus menguasai semua ini agar tetap dianggap hadir? Apakah aku akan tertinggal jika aku lebih memilih menulis perlahan daripada membangun cepat?”

Tapi hari ini, aku tak ingin berpura-pura bisa mengejar semuanya.

Aku mulai menyadari: hadir sepenuhnya di satu momen—menyentuh satu perasaan dengan utuh—jauh lebih bermakna daripada mengejar seribu istilah yang belum sempat kurasakan.

Aku menulis bukan untuk menunjukkan bahwa aku tahu banyak.
Aku menulis karena aku ingin mengenali diriku sendiri lebih jujur.

Dan meski dunia terus memperkenalkan alat-alat baru, aku tahu bahwa yang paling penting bukan alatnya—melainkan apa yang ingin kusampaikan melalui alat itu.

Jika Notion memberiku ruang untuk menyusun kepingan batin,
Obsidian memberiku kebebasan menautkan kenangan dan makna,
Notesnook menjaga kata-kata yang belum siap diungkap,
dan digital garden menjadi taman tempat ide tumbuh perlahan—
maka semua itu bukan sekadar teknologi.
Mereka adalah bentuk-bentuk kehadiran yang kupilih dengan sadar.

Aku tidak ingin menjadi yang tercepat.
Aku ingin menjadi yang paling utuh dalam langkahku.
Karena di dunia yang berlari, berhenti sejenak pun bisa jadi bentuk keberanian.

Dan jika suatu hari aku berjalan lagi, itu bukan karena takut tertinggal—
tapi karena aku sudah cukup tenang untuk memilih arahku sendiri.

#publik #refleksi