Velinor

Komunikasi yang Terlihat Kurang

Sering kali orang berkata, “Komunikasi kamu kurang.” Mereka menilai dari apa yang kasat mata: diam, ragu, atau respon yang tak secepat harapan.

Namun di balik itu ada medan juang yang tak terlihat—trauma yang membuat kata-kata terjerat, rasa takut dihakimi yang membekukan lidah, atau luka lama yang masih bergaung setiap kali mulut hendak terbuka.

Diam bukan berarti tak peduli. Diam sering kali adalah cara tubuh bertahan, cara jiwa melindungi diri. Yang kurang bukanlah komunikasi, melainkan pemahaman orang lain tentang beratnya perjalanan ini.


Ketika Trauma Masuk ke Dunia Kerja

Masalah muncul ketika pola ini terbawa ke pekerjaan. Komunikasi yang terhambat bisa menimbulkan salah tafsir:

Dari sisi kita, setiap rapat atau teguran terasa berat. Kita sebenarnya mengerti apa yang harus dikerjakan, tapi sulit mengutarakan pemikiran. Trauma membuat energi terkuras dua kali lipat: sekali untuk bekerja, sekali lagi untuk menenangkan diri sendiri.


Jalan Kecil Menuju Perubahan

Trauma memang nyata, tapi pekerjaan menuntut komunikasi yang jelas. Ada beberapa langkah kecil yang bisa dijadikan jembatan:


Penutup

Pada akhirnya, komunikasi bukan sekadar lancar atau tidaknya kata-kata. Komunikasi juga tentang niat, usaha, dan keberanian untuk hadir—meski dengan langkah kecil. Diam bisa jadi bentuk bertahan, tapi dengan perlahan kita bisa belajar agar diam itu tidak selalu disalahpahami.

Karena di balik komunikasi yang tampak “kurang,” ada seseorang yang sedang berjuang keras untuk tetap terhubung dengan dunia.

#publik