Mengapa Seseorang Bisa Terlihat ‘Aneh’ di Mata Kita?
"Kita semua berjalan dengan cerita yang tidak ditulis di kening, tapi terasa di caranya tertawa, diam, atau memalingkan wajah."
Pernahkah kamu bertemu seseorang yang terasa “berbeda”?
Mungkin cara bicaranya terdengar terlalu cepat atau terlalu pelan.
Mungkin ia terlalu diam di tengah keramaian, atau sebaliknya—terlalu mencolok ketika semua orang sedang tenang.
Kita, secara naluriah, langsung menangkapnya sebagai “aneh”.
Tapi, benarkah demikian?
Aku mulai bertanya-tanya:
Kenapa ada orang yang terasa asing padaku, padahal mungkin ia hanya sedang menjadi dirinya sendiri?
Apa yang membuat kita memberi label begitu cepat—seolah hanya ada satu cara yang “wajar” untuk menjadi manusia?
Mungkin jawabannya ada pada lensa yang kita pakai—lensa yang dibentuk oleh pengalaman, budaya, kebiasaan, dan rasa aman kita sendiri.
Kita cenderung merasa nyaman pada hal-hal yang bisa kita pahami.
Lalu ketika ada seseorang yang tidak masuk ke dalam pola itu, kita merasa terganggu.
Tapi bukan karena ia salah. Bisa jadi karena kita belum terbiasa.
Aku belajar bahwa seseorang bisa terlihat aneh bukan karena mereka keliru,
tapi karena kita belum tahu cerita di balik keheningan, keceriaan, atau kejanggalan yang kita lihat.
Mungkin seseorang terlalu sensitif karena ia terbiasa membaca situasi untuk bertahan.
Mungkin seseorang terlalu ekspresif karena ia terbiasa berjuang untuk diperhatikan.
Mungkin seseorang memilih diam karena kepercayaan dirinya dulu sering diremehkan.
Dan semua itu—kalau kita mau melambat sedikit—adalah bentuk-bentuk keberadaan yang layak diterima.
Melihat orang lain dengan lensa yang lembut tidak selalu mudah. Tapi itu bisa dilatih.
Dimulai dari satu pertanyaan kecil saat kita merasa ingin menghakimi:
“Apa yang mungkin sedang ia lindungi?”
“Apa yang membuatnya bertahan sejauh ini?”
Karena pada akhirnya, keanehan itu sering kali hanyalah bahasa unik yang belum kita mengerti.
Dan mungkin, dalam keasingan orang lain, ada sesuatu yang selama ini juga hidup diam-diam dalam diri kita.